Fir’aun, Musa as, Bal’am bin Baurah Khalifah Umar dan Tragedi Mahawu

Andi Muhammad Nur 

Sebuah Catatan kecil menuju Bulan Ramadhan

Firaun adalah sebuah gelar bagi raja-raja yang berkuasa penuh di negeri mesir, sebagai sebuah jabatan. Pada komunitas Mesir, keyakinan religiusitas dan atau agama adalah sesuatu yang sentral dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran Firaun dalam keyakinan rakyatnya ialah sebagai perantara atau penghubung antara Tuhan dan manusia. Pada akhirnya ada Firaun kemudian menjadikan dirinya sebagai tuhan dan atau mewakili Tuhan-Tuhan dalam peran-perannya sebagai Adminstrator sipil dan agama.

Setiap Firaun sangat berkuasa dan memiliki semua tanah di Mesir, memberlakukan hukum dan aturannya, mengumpulkan pajak, dan membela negeri Mesir dari penjajah luar dan juga bertindak sebagai panglima tentara. Secara agama, Firaun bertanggung jawab menjaga Maat atau tatanan kosmik, keseimbangan, dan keadilan, dan salah satu bagiannya termasuk pergi berperang jika diperlukan demi membela negara atau menyerang bangsa lain ketika hal itu diyakini akan berkontribusi kepada Maat, seperti memperoleh sumber daya.

Musa as sebagai putra bani israil yg selamat dari pembunuhan Firaun, kemudian diselamatkan Tuhan lewat tangan istri firaun. Dia di asuh dan dibesarkan serta dididik dengan aturan aturan istana oleh firaun. Meski kaum bani israil adalah kaum yang dijadikan warga kelas dua atau budak di negeri mesir, Musa as bisa leluasa di mesir berkat segel firaun. Yang kemudian dinobatkan sebagai Nabi dan Rasul oleh Allah Swt. Musa as hidup di zaman kepeminpinan Ramses II sebagai firaun.
Bal’am bin baurah adalah seorang tokoh bani israil dan merupakan salah satu ulama yang hidup di zaman Nabi Musa as dan dia adalah orang yang doanya pasti terijabah Tuhan atau mustajab.

Sebagaimana tertuang dalam kisah kisah Bani Israil dari Qososul al quran dari penggalan ayat dalam Al Qur’an surah al-a’araf : 7 : 175-177. Dimana Nabi Muhammad sendiri membolehkan kita untuk “mengisahkan kisah kisah Bani Israil ini dan tidak mengapa. Tokoh bernama Bal’am bin Ba’ura ini adalah seorang Ulama dari kalangan Bani Israil yang hidup dijaman Nabi Musa a.s.

Beliau dikaruniai ilmu yang luas, termasuk didalam mengenal  nama-nama Allah Swt yang mulia (asmaul  al a’dzhom), dan berbagai kelebihan lainnya, hingga setiap doanya selalu di kabulkan oleh Allah,SWT. Di dalam kitab Dalail khoirot  karya Imam al Jaazuli pun begitu bahwasanya mereka para Nabi dan Rasul Tuhan dengan menggunakan asma Allah ini lah maka selalu di  ijabah permohonan mereka.

Dalam catatan sejarah, pada dasarnya para firaun ini rata rata adalah pemimpin yang baik, ini bisa di buktikan dengan dijadikannya Nabi Yusuf as sebagai perdana menteri dan atau bendahara kerajaan. Namun di masa Nabi Musa as, firaun berubah menjadi sangat diktator; bahkan mendaulat dirinya sebagai tuhan. Tentu hal ini tidak ujub ujub langsung terjadi, melainkan disebabkan banyak faktor. Diantaranya adalah banyaknya pembisik pembisik istana, para staff khusus dan penasehat kerajaan tentunya.

Hasutan demi hasutan bermunculan sampai sampai anak kesayangan yang dia didik pun, Musa as beserta kaumnya menjadi tumbal. Dimulai dengan beberapa insiden kecil, masalah air dan perlakuan yang tidak manusia terhadap bani israil.

Musa as sebagai tokoh muda sentral di saat itu yang di bantu saudaranya Harus as pun mulai tampil memprotes dan mengkritik firaun. Yang kemudian berujung pada pembunuhan, pengusiran dan pelarian, yang menyebabkan terjadinya eksodus besar besaran bani israil meninggalkan tanah mesir.

Pada posisi ini, seorang figur disegani Bal’am bin Baurah yang merupakan mubaligh, seorang cerdik pandai dan ulama bani israil; tempat mereka meminta nasehat dan doa doa. Bahkan tak jarang Nabi Musa as meminta bantuan Bal’am untuk mengangkat tangan berdoa kepada Allah agar hajat hajat di kabulkan, seharusnya menjadi perantara bagi kepentingan ummat saat itu justru tidak berpihak kepada Nabi Musa as dan bani israil. Mengapa seorang Nabi besar sekaliber Musa as, masih meminta bantuan Doa dari Bal’am..???? Mengapa Bal’am yang orang israel dan ulama dan menjadi staff khusus firaun justru berbalik tidak membela Musa as dan ummat…????.

Di atas telah dijelaskan bahwa Bal’am memiliki pengetahuan tentang Ismul adham, sehingga doa doanya selalu terjadi karena Allah Malu tidak mengabulkannya sebab dia menggunakan atau bertawassul dengan asma-asma Allah tersebut. Tetapi ketika sudah masuk dalam lingkaran istana penguasa Firaun, mendapatkan fasilitas fasilitas yang banyak, Gaji yang cukup, makanan yang berlimpah untuk keluarganya, sehingga dia lupa bahkan buta akan keadilan dan kebenaran. Dia tega membiarkan ummat saat itu terzalimi oleh kekuasaan Firaun, yang dengannya kemudian dia terlaknat dan diangkat kemuliaan dan keberkahan yang dia miliki selama ini.

Kenapa MAHAWU..???? nah… di Mahawu satu wilayah kecil sebuah kelurahan tepatnya di bantaran sungai Mahawu Bailang, yang di diami oleh lebih dari ratusan kepala keluarga dan mayoritas muslim. Tepatnya di Lingkungan 3, 4 dan 5, yang baru baru ini yakni tanggal 27 Januari 2023 tertimpa musibah banjir bandang, dan banjir terparah sepanjang catatan bencana banjir di wilayah tersebut.

Butuh waktu berminggu minggu untuk bisa ummat melakukan recovery pasca banjir, karena pada tanggal 24 Pebruari kembali terjadi banjir meski tidak separah tanggal 27 itu. Dan hal ini sudah mendekati Bulan Suci Ramadhan bagi ummat islam.

Ketika ummat sementara bergulat dengan pembersihan dan perbaikan rumah akibat banjir, penguasa yang seharusnya menjadi bapak yang baik dengan cara datangi ummat, memberikan penguatan dan semangat untuk bisa bersabar dan bangkit kembali pasca banjir, membantu meringankan beban ummat.

Membantu perbaikan rumah rumah warga yang rusak (baik ringan maupun berat), sebagaimana di contohkan oleh penguasa penguasa sebelumnya dengan cara memberi selimut untuk penghangat tubuh (khususnya anak anak), memberi seng, tripleks, semen pasir, tong penampung air bersih, justru yang dilakukan adalah mengirimkan 2 alat berat eksafator dan menghancurkan lebih kurang 50 Rumah ummat. Sebuah kezaliman yang sangat nampak.

Dengan dalih ini adalah spirit pemerintah 9 tahun lalu akibat banjir bandang manado, padahal 9 tahun lalu itu yakni tahun 2014 wilayah mahawu tidak terjadi bencana banjir bandang. Selain itu dia sang penguasa beralasan bahwa 54 KK yang di “relokasi” itu, agar bisa Khusu’ berpuasa karena sudah tidak tinggal di daerah rawan bencana banjir.

Sebuah keangkuhan penguasa, karena daerah baru itu justru rawan bencana longsor, dan juga merupakan penghinaan bagi sebagian ummat islam lainnya; karena ada ratusan KK yang tinggal di mahawu yang akan berpuasa juga.

Seolah olah sang penguasa menganggap hanya ke 55 KK itu saja yang akan berpuasa dan khusu’ dalam Ibadah mereka. Dari sisi lain, dalam tata hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negeri bukan mesir ini, perbuatan sang penguasa ini justru melanggar semua peraturan yang ada dan terkait, dan hal ini sudah masuk kategori pidana dan tindak kriminal.

Dalam ilmu hukum dan politik, ini masuk kategori TERORISME NEGARA TERHADAP RAKYAT. Karena yang dilanggar oleh sang penguasa ini ada sekitar 8 UU, 1 PERMEN, 1 PERPRES, 1 PP, KUHP, UUD 45 dan Hukum hak hak asasi manusia internasional.

Apa sikap kita sebagai sesama ummat dan atau sebagai manusia manusia yang bebas dan merdeka..??? Tentu kita tak bisa membiarkan dan mendiamkannya. Kita juga tak bisa menganggap sang penguasa itu sebagai FIRAUN, karena itu sama artinya dengan kita memposisi diri kita sebagai MUSA as sang Nabi Allah. Tapi setidaknya kita tidak menjadikan diri kita sebagai Bal’am bin Ba’urah sang ulama dan staff khusus Firaun tersebut.

Pertanyaan selanjutnya Apa hubungannya Firaun, Musa as, Bal’am, kampung mahawu dengan Khalifah Umar…??? Masihkah kita ingat dengan peristiwa pembangunan aset publik atau tepatnya aset ummat alias Rumah Allah, yakni Masjid di wilayah mesir..?! Gubernur mesir saat itu dengan kekuasaannya, mengambil paksa tanah dan bangunan warga yang beragama Yahudi untuk perluasan Masjid, meski dengan tawaran ganti rugi..?!.
Sang warga kemudian berjalan meninggalkan mesir menuju Madinah, untuk menyampaikan protes kepada Khalifah umar, atas tindakan arogan sang gubernur.

Bukannya mendapatkan surat dan sesuatu yang berharga, justru Khalifah hanya memberikan sepotong tulang onta kering dengan di gores lurus memakai Pisau/Pedang sang Khalifah. Sang yahudi bertanya wahai Umar, aku datang meminta keadilan hukum, mengapa engkau memberikan sepotong tulang dengan goresan tanpa ada kata-kata.

Maka sang khalifah berkata, bawa saja tulang itu dan serahkan kepada gubernurku. Kelak nanti engkau akan mengetahui apa yang akan terjadi. Dan ketika menyerahkan tulang tersebut kepada gubernur di mesir, warga yahudi pun terkaget kaget meligat wajah gubernur tiba-tiba pucat pasi dan berkeringat serta gemetaran seluruh tubuhnya. Karena pesan yang di terima Gubernur pada potongan tulang itu adalah : berbuatlah adil dan luruslah (sesuai UU dan peraturan Negara tentunya) sebagaimana lurusnya goresan pedang ini, jika tidak,.! Maka akan aku luruskan engkau dengan pedangku kata khalifah.

Semoga Ramadhan kali ini melahirkan wajah wajah Musa as yang baru, bukan wajah wajah bal’am bin baurah apatahlagi wajah wajah firaun. Marilah bersama menjadi manusia merdeka, yakni tidak mendiamkan kezaliman terjadi hanya karena pekerjaan, gaji, makanan, dan jabatan serta proyek proyek.

Ingatlah pesan-pesan Rasulullah Saw bahwa “Barang siapa melihat kezaliman di depan matanya dan dia mendiamkannya, maka dia (yang melihat tersebut) adalah bagian dari kezaliman itu sendiri”

Wallahualam bishawab
Warga Mahawu yang tidak tinggal di pinggir sungai.

Andi Muhammad Nur

Baca Juga:  KPU-Bawaslu Tegaskan, Tidak Ada Rapid Test Bagi Pemilih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *