Video Anies Baswedan mengajak warga Jogja untuk melantunkan Sholawat Asyghil viral di media sosial. Anies yang mengenakan blangkon dan surjan warna hijau mengajak warga untuk melantunkan sholawat yang sering dilantunkan di masjid, mushola, dan majelis ta’lim.
Lantunan Sholawat Asyghil tersebut terdengar kompak dan indah. Anies bersama ratusan orang yang hadir di Museum Wayang Kekayon, Bantul terlihat khidmat saat melantunkan sholawat ini. Saat selesai melantunkan sholawat, Anies memberikan doa dan penutup pendek, “Insyaallah kita dijauhkan dari orang-orang yang dzalim.”
Sholawat tersebut sekilas terdengar sederhana. Namun, bila dikupas lebih dalam, baik dari teks-nya maupun dari sejarahnya, sholawat ini punya makna mendalam dan sejarah yang panjang. Sholawat ini terdiri dari empat bait, meski begitu, isinya berisi doa yang sangat luar biasa seperti di bawah ini.
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad Wa asyghilidz dzalimiina bidz-dzalimiin Wa akhrijnaa min baynihim saalimiin Wa ‘alaa alihi wa shohbihii ajma’in.
Artinya: “Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Kanjeng Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang dzalim agar mendapat kejahatan dari orang dzalim lainnya, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka, dan berikanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.”
Ditilik dari sejarahnya, Sholawat Asyghil punya perjalanan panjang. Sholawat Asyghil dilantunkan pertama kali pada masa dinasti Bani Umayyah. Sholawat Asyghil diciptakan oleh cucu Sayyidina Nabi Muhammad yang bernama Imam Ja’far Ash-Shadiq. Jalur nasabnya yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo.
Shalawat itu muncul salah satunya ketika keturunan Sayyidina Nabi Muhammad SAW mengalami persekusi oleh Bani Umayyah, terutama di masa kepemimpinan Yazid bin Muawiyyah. Lalu Imam Ja’far Ash-Shadiq menciptakan Shalawat Asyghil. Beliau berdoa agar orang-orang zalim itu bertengkar dengan sesama mereka sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Gus Baha. Menurut Gus Baha, Sholawat Asygil ini adalah doa dari para wali. Isinya, semoga orang-orang fasik punya urusan sendiri-sendiri dengan orang-orang fasik. Biar tidak menggangu orang-orang sholeh.
Melihat sejarah dan isi dari Sholawat Asygil tersebut, terpikirkan tidak dengan kondisi negeri saat ini? Beberapa golongan terlihat saling serang, bahkan di antara golongan mereka sendiri. Orang-orang yang selama ini terlihat sekubu, bahkan masih dalam satu komando, ternyata ribut sendiri.
Beberapa waktu lalu, kita melihat seorang petinggi partai yang menyerang kebijakan seorang menteri, tentu saja otomatis menyerang kebijakan Presiden tentang proyek lumbung pangan nasional. Padahal partai tersebut selalu mengatakan bahwa partainya adalah penyokong utama pemerintah. Bahkan mengklaim, tanpa peran partai tersebut, tidak akan ada pemerintahan saat ini.
Contoh di atas, tentu saja mengingatkan kepada syair Sholawat Asyghil. Saling bertikai demi kepentingan politik. Mirip dengan yang terjadi saat sholawat tersebut diciptakan. Di masa tersebut, memang terjadi ketegangan politik dan orang dzalim dan orang fasik saling bertikai.
Melihat karut maut tersebut, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah berdoa, agar kita terhindar dari orang-orang dzalim. Sama seperti yang Anies Baswedan katakan. Agar pertikaian-pertikaian tersebut tidak berkepanjangan, saatnya kita memilih pemimpin yang amanah dan fatonah.
Kriteria tersebut, sudah disebutkan oleh Kiai NU Jatim beberapa waktu lalu di Surabaya. Satu nama yang memenuhi kriteria pemimpin amanah dan fatonah, yaitu Anies Baswedan. [**]
Oleh Gus M. Mustafied, Pengasuh Ponpes Aswaja Nusantara, Mlangi, Yogyakarta