EXPOSEMEDIA.ID, LONDON – Angka kematian akibat virus corona di Inggris naik tajam ketika pada 1 Mei lalu ada 621 kematian sehingga total pasien meninggal karena COVID-19 sebanyak 28.131 orang.
Angka itu telah memunculkan kekhawatiran Inggris bakal menyusul Italia yang saat ini menjadi negara kedua di dunia dengan kematian terbanyak akibat virus corona.
Saat ini Amerika Serikat telah menjadi negara pertama dengan angka kematian terbanyak karena virus mematikan ini. Inggris dan Italia telah menjadi negara di Eropa yang terburuk akibat infeksi virus corona.
Kondisi ini telah membuat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dihujani kritik dari partai-partai oposisi yang menyebut Pemerintahan Johnson terhuyung-huyung dalam mengatasi wabah virus corona.
Situs reuters.com mewartakan di Amerika Serikat ada 64.740 kematian karena virus corona. Urutan kedua adalah Italia dengan 28.710 kematian, diikuti Inggris dengan 23.131 jumlah pasien yang meninggal karena virus ini. Urutan keempat adalah Spanyol dengan 25.100 kematian.
Perdana Menteri Johnson, 55 tahun, awalnya menolak membatasi aktivitas ekonomi dan masyarakat, namun berubah sikap setelah hampir seperempat juta warga Inggris terancam meninggal karena wabah virus corona.
Johnson yang baru sembuh dari COVID-19 akhir bulan lalu, mengatakan Inggris sudah melewati puncak penyebaran virus corona, namun masih terlalu dini melonggarkan lockdown. Sebab dia khawatir terhadap kemungkinan munculnya gelombang kedua serangan wabah virus corona yang bisa membuat rumah sakit-rumah sakit di Inggris kewalahan.
Inggris adalah negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia. Wabah COVID-19 telah membuat ekonomi negara itu macet. Perdana Menteri Johnson pada pekan depan berencana memaparkan solusi bagaimana Inggris mengizinkan kembali warganya bekerja, tanpa memicu gelombang kedua wabah virus corona. (tempo/*)