BAGI Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Bulan Bintang (PBB) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Harry Azhar, SE, politik adalah pengabdian. Partai politik menjadi sarana atau alatnya.
Sejak menjadi politisi dan bergabung dengan PBB, kesadaran berpolitik untuk memperjuangkan dan membela kaum lemah terpenggirkan “marginal” dan mustadh’afin sangat kuat. Keberpihakan, kemudian prinsip politik tersebut ternyata tidak lahir sendiri.
Melainkan melewati proses panjang, dan juga secara geneologi “genetik”, sosok Azhar terlahir dari keluarga yang relegius. Kepekaan terhadap kepentingan umat menjadikannya keras. Politisi yang kini menjadi Anggota DPRD Kabupaten Minahasa Utara Sulut itu, tidak kenal kompromi untuk urusan esensi agama.
Dalam soal interaksi sosial, toleransi dan pluralisme “kemajemukan”, Azhar fleksibel. Boleh bernegosiasi untuk kepentingan rakyat. Namun jika sudah terkait prinsipil beragama, Azhar akan berpihak pada kepentingan-kepentingan umat yang didzalimi.
Selain integritas yang penting, menurut Azhar visi keumatan dalam perjuangan politik selalu didahulukannya. Bukan untuk urusan politik identitas. Atau isu recehan tentang orientasi elektoral lantas mempolitisasi agama. Bukan pada hal yang sempit tersebut.
Bagi Azhar politik keumatan mencakup kepentingan dan dakwah umat yang universal. Islam sebagai agama yang rahmatan Lil Alamin yang menjadi rujukannya. Melalui berpolitik yang santun, saling menghargai, dan menempatkan nilai-nilai ketuhahan-kemanusiaan sebagai bingkai berpolitik yang benar.
Berjuang demi agama, dan negara bagi politisi berlatar pengusaha ini adalah sesuatu yang mulia. Tidak sekedar retorika politik, Azhar telah membuktikan hal itu dalam praktek berpolitik. Azhar menyebut saat memilih menjadi politisi, ia rela dan siap wakafkan waktu untuk umat “rakyat”.
Sehingga segala konsekuensi, dari pilihan rasional yang diambil, akan secara terbuka dan berani diterimanya. Azhar menyebut politik merupakan jalan pengabdian. Ladang untuk mencari amal ibadah. Maka, melalui politik keumatan ia akan berkontribusi demi umat.
Saat terjun dipolitik. Menjadi Anggota DPRD, hingga memimpin PBB Sulut, Azhar berusaha total dan sungguh-sungguh mewujudkan apa yang menjadi niatnya tersebut. Yakni, bekerja demi umat. Beruang, ikhlas dengan semangat bersama memajukan peradaban masyarakat.
Melalui praktek berdemokrasi yang santun, Azhar tampil dengan narasi-narasinya yang sejuk dan edukatif. Harapannya agar masyarakat mengerti peran politisi, mengerti apa yang harus mereka lakukan dalam rangka mengekspresikan hak politiknya. Masyarakat jangan sampai salah memilih pemimpinnya.
Kalau memilih hanya karena uang atau materi, biasanya pemimpin itu tidak mampu berbuat banyak. Ia akan memanfaatkan waktunya untuk mengembalikan kekayaan “uang” yang dikeluarkannya tersebut. Panggung politik, tambah Azhar, harus diisi mereka para figur yang matang pandangan dan sikapnya. Tidak malah mereka yang merusak demokrasi dengan praktek politik uang.
Editorial Bung Amas