PGI Imbau Penggunaan Gereja Kosong untuk Isolasi COVID-19

Sekretaris Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Jacky Manuputty

EXPOSEmedia, JAKARTA – Sekretaris Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Jacky Manuputty mengimbau agar gereja-gereja kosong dapat digunakan untuk lokasi isolasi dan karantina dalam penanganan COVID-19.

“Untuk sikap dan tindakan solidaritas dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Corona, gereja bisa menyiapkan gedung gereja yang saat ini kosong dan tidak dipakai untuk tempat isolasi bagi mereka yang terpapar COVID-19,” jelas Pendeta Jacky Manuputty dalam keterangannya di Media Center Gugus Tugas Penanganan Percepatan COVID-19, Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Minggu (12/4).

Jacky menyatakan kesiapan itu dilakukan bilamana hal itu layak dan dibutuhkan pemerintah, maka gereja harus siap dalam upaya penanggulan COVID-19.

Baca Juga:  Korban Framing "Bisnis PCR": "Dibunuh" Berkali Kali, tapi Tidak Mati

“Kalau pun harus menderita karena membela kehidupan, inilah saatnya panggilan penderitaan yang harus dijalani dengan iman yang selalu terarah kepada Kristus yang menderita mati dan dibangkitkan,” kata Jacky.

Dia menjelaskan sejarah gereja-gereja menghadapi bencana wabah sudah terekam sejak dahulu. Sejarah kekristenan mencatat awal mula ditandai dengan kesediaan gereja untuk memberi diri waktu penuh dalam pelayanan kasih saudara-saudara kekasih kristus.

PGI mengajak seluruh umat Nasrani melakukan tindakan solidaritas melalui upaya kreatif di tengah COVID-19 yang mewabah saat perayaan Paskah 2020.

Baca Juga:  Ini Sebaran 68.975 Kasus Sembuh Corona Per 2 Agustus

Jacky menambahkan, semangat itu sejalan dengan tema Paskah pada tahun ini, “Kebangkitan Kristus Membawa Harapan Baru” yang dirumuskan dari Kitab Injil, Lukas pasal 24 ayat 5 dan 6.

“Tema ini dirumuskan dalam Kitab Injil yang berbunyi “Mengapa engkau mencari Dia yang hidup di antara orang yang mati. Dia tidak ada di sini. Dia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan kepada kamu ketika masih di Galilea,” ungkap Jacky.

Berdasarkan rumusan kitab injil tersebut, umat diminta untuk memahami tentang bagaimana kita dapat merayakan kehidupan, bahkan dalam segala kelimpahan, sementara di sisi lain ada begitu banyak orang berjuang di ambang batas kehidupan dan kematian akibat pandemik COVID-19. (agw/rin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *