Oleh : Yulianus Dwaa, S.KM
Ketua Aliansi Papua Peduli Damai (PAPEDA)
Pidato Kenegaraan Bapak Presiden Ir. H. Jokowidodo Pada sidang Tahunan dengan DPR dan MPR RI tanggal 16 Agustus 2022 masih tersimpan jelas dalam memori Saya, Pidato tersebut menurut Yulianus Dwaa, S.KM dalam kapasitas sebagai Ketua Aliansi Papua Peduli Damai, menggap Pidato tersebut sebagai pesan serius dan komitmen Kuat Bapak Presiden dalam menunaikan Janji Politik dan Janji Kemanusian Kepada warga Negara yang menjadi Korban Pelanggaran HAM Masa Lalu.
Namun belum genap satu bulan sejak Pidato Kenegaraan itu disampaikan Bapak Presiden, terjadi lagi tragedy kemanusiaan yang merenggut nyawa 4 Rakyat Sipil Nduga, bagi Saya kehadiran Iqbal Gwijangge Putra Nduga yang berhasil menjadi penentu kemenangan Tim Sepak Bola U 16 Indonesia Pada HUT 17 Agustus 2022 merupakan kebanggan.
Sekaligus kesedihan bagi kami rakyat Papua, karena beruntung bagi saudara – saudara kami yang berprestasi yang meperoleh pujian dan perhatian negara sedangkan saudara kami yang lain nasib mereka sungguh mengenaskan.
Dengan adanya tragedy kemanusiaan tersebut akan menimbulkan Keraguan dan Pesimisme di hati Rakyat Nduga khususnya dan Papua Pada Umumnya terhadap Janji Politik dan kemanusiaan Bapak Presiden. Bagaimana tidak Presiden sebagai Kepala Negara yang kehadirannya dapat menghadirkan suasana sukan cita dan damai malah sebaliknya menghadirkan suasana kesedihan dan ketidak berdayaan.
Enam Tahun lalu Bapak Presiden mengnjungi Kabupaten Nduga daerah yang bagi Yulianus Dwaa tangisan dan ketidakberdayaan menjadi potret keseharian yang lumrah ditemui, memperoleh Atensi Khusus Bapak Presiden harusnya merupakan sebuah anugerah.
Namun setelah Kehadiran Bapak Presiden seakan menjadi hal yang biasa dan tak bernilai, kenapa karena sampai hari ini, disaat Bapak Presiden Berkunjung kembali ke Papua Rakyat Nduga Masih Menangis, hal ini menunjukan kepada kita semua bahwa kehadiran Bapak Presiden di Nduga Tahun 2016 gagal mengakhiri tangisan dan tidak menghadirkan rasa nyaman di hati rakyat Nduga.
Karena setelah kunjungan Bapak Presiden Tahun 2016 saya tidak menemukan indicator apapun sebagai atensi stakeholder di Papua dalam menyeleseaikan Problematika di NDUGA.
Untuk itu saya mendesak Kepada Menko Polhukam RI, Panglima TNI, KAPOLRI dan KOMNAS HAM untuk segera membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas penghianat Bangsa yang berada dibalik aktifitas jual beli senjata dan Amunisi secara terang benderang dan memberikan hukuman kurungan penjara seumur hidup sebagai hukuman Minimal bagi Penghianat Bangsa dan maksimal hukuman mati.
“Saya menghimbau kepada seluruh Rakyat Papua dan semua Stakeholder di Papua dan dimana saja berada untuk menjaga dan memastikan bahwa tujuan Kita menjadikan Papua sebagai Zona Damai tidak Tercemar dan teganggu oleh Penghianat Bangsa dan mari kita sama – sama Kawal Tragedi Kemanusiaan ini sampai Tuntas. (**)
Jayapura, 30 Agustus 2022