BNPB: Bali Waspada Gempa (8,8 Mg) dan Tsunami Hingga 15 Meter

Ilustrasi

EXPOSEMEDIA.ID, BALI – Warga Denpasar  Bali diimbau untuk waspada terhadap potensi gempa bumi hingga Magnitudo 8,8 yang berpusat di selatan Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Adanya potensi gempa tersebut setidaknya diungkapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (9/10/2020).

“Kita punya ancaman di selatan Bali, di Bali ada zonanya yang beberapa lama tidak ada gempanya, sehingga ada potensi selatan Bali dan Nusa Tenggara itu potensi magnitudo 8,8. Ini patut diwaspadai karena gempa magnitudo 5 sampai 6 di selatan Bali sudah beberapa kali terjadi,” kata Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Dr Aam Abdul Muhari, dalam rapat kerja yang dipimpin Kepala BNPB Doni Monardo dan Gubernur Bali.

Menurut Aam, jika gempa itu terjadi, maka dampaknya akan sangat parah di daerah Nusa Dua dan Kuta, Kabupaten Badung, dan Sanur, Kota Denpasar.

Baca Juga:  Antara Bongbong dan Cendana

“Bali itu ‘kan ada lehernya di sebelah selatan, dan lehernya bisa terendam dari sisi kiri dan kanan. Tinggi tsunami di darat sekitar 4 hingga 15 meter,” ucapnya, seperti dilansir liputan6.com

Terlebih di kawasan Kabupaten Badung banyak jalan yang tegak lurus pantai dan jalan ini dikelilingi rumah, sehingga ketika air tsunami masuk ke jalan itu maka gerakannya akan lebih cepat.

Selain potensi gempa dari selatan Bali, Aam mengatakan Bali juga memiliki ancaman terkena imbas gempa bumi yang dahsyat dari segmen Jawa Barat dan selatan Jawa Timur.

Baca Juga:  Pelopor Program KOTAKU di Sulut, Herson Dorong Percepatan Pembangunan Infrastruktur

“Kalau itu pecah secara bersamaan, potensi magnitudo gempanya bisa 9,1, seperti halnya gempa di Aceh Tahun 2004,” ujarnya.

Bagi Bali, lanjut dia, efek gelombangnya diprediksi akan sampai dalam waktu 30-40 menit, sehingga waktu sekianlah kesempatan yang dimiliki untuk melakukan evakuasi.

“Jadi penting untuk paham sekiranya merasakan gempa lebih dari 20 detik, maka kita harus evakuasi. Biasanya jika gempa tidak diiringi tsunami itu pelepasan gempanya kurang dari 10 detik. Kalau gempa terus hingga 20 detik itu hampir pasti diiringi tsunami,” kata Aam.

Dia menambahkan, dengan melihat kondisi populasi penduduk yang sudah padat di kawasan selatan Pulau Bali, maka tempat evakuasi harus banyak, mudah diakses dan kelihatan.

Baca Juga:  UPDATE 25 Juli: Kini Ada 54.752 Kasus Suspek Covid-19

“Ketika gempa terjadi siang hari, lampu lalu lintas pasti tidak nyala sehingga akan menimbulkan kemacetan dan tidak bisa melakukan evakuasi. Kalau pengalaman di Jepang, di setiap perempatan ada jembatan penyeberangan yang dijadikan tempat evakuasi sementara, sehingga ketika ada kemacetan, bisa naik ke jembatan penyeberangan tersebut,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus diingatkan selalu pada masyarakat.

“Suka tidak suka, senang tidak senang, negara kita memiliki ancaman risiko bencana tertinggi di dunia,” ucapnya.(lip6/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *