Gelar Seminar Nasional, Barikade 98 Bahas Bahaya Ideologi Kebencian

Narasumber saat memaparkan materi

TASIKMALAYA, EXPOSEMEDIA – Tindak lanjut dari hasil pembahasan Rapat Kerja Nasional Barisan Rakyat Indonesia Kawal Demokrasi (Barikade) 98 dilakukan. Melalui pengurus Barikade 98 Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Seminar Nasional Kebangsaan digelar, Jumat (26/11/2021).

Seminar yang mengambil tema Pencegahan Gerakan Ideologi Kebencian, mengundang Budi Hermansyah (Ketua Alumni UNPAD Peduli), Hengky Irawan (DPN Barikade 98) dan KH Aos Mahruf (Ketua ISNU Tasikmalaya), masing-masing sebagai narasumber.

Kang Her, begitu Budi akrab disapa menyentil tentang pentingnya elemen masyarakat dan pimpinan Ormas, LSM membangun pemahaman masyarakat agar menghindari paham yang kontradiktif dengan nilai-nilai Pancasila.

“Ideologi Kebencian merupakan selundupan ideologi besar dunia. Yang ini bertentangan dengan spirit kita berpancasila. Itu sebabnya, pentingnya masyarakat diajak mewaspadai ideologi kebencian ini. Kita lahirkan konsolidasi masyarakat sipil. Masuknya ideologi sosialisasi, kapitalisme membuat rakyat Indonesia terpecah-belah. Dalam historisnya, ideologi kebencian disebabkan dari adanya perang sipil yang memunculkan trauma tersendiri bagi rakyat. Terlebih di Amerika Serikat,” ujar Kang Her yang juga menambahkan tentang hadirnya tokoh karismatik yang punya pendukung fanatik, membuat demokrasi diwarnai intoleransi.

Peserta Seminar ketika mengikuti materi

Hal senada juga ditegaskan Hengky Irawan. Fenomena dimana Agama dijadikan stempel, diperalat untuk kepentingan politik menjadikan sorotan serius Hengky. Aktivis mahasiswa 98 itu menyebutkan bahwa era Orba yang melahirkan reformasi, sekaligus memunculkan keterbelahan gerakan ekstrim kanan dan ekstrim kiri di permukaan.

“Agama diseret pada urusan dunia. Terlebih dalam kepentingan politik, inilah yang membahayakan demokrasi kita. Hasilnya muncul kebencian, bibit permusuhan mulai tumbuh. Atas nama kepentingan pribadi dan kelompok, mereka memanfaatkan agama untuk melegitimasi kepentingan tersebut. Miris, pada level inilah stabilitas kemanan nasional terganggu. Ancaman terhadap demokrasi makin terbuka dan nyata. Situasi seperti ini layaknya dijauhkan. Jangan sampai kita menjadi bagian dari pion-pion itu. Pion memecah-belah persatuan Negara kesatuan Republik Indonesia,” kata Hengky tegas.

Hengky mengingatkan pula, jangan karena kemarahan dan sentimen, membuat masyarakat memerangi atau mendzolimi sesama. Melahirkan diskriminasi dalam interaksi sosialnya. Paham kebencian lebih dominan dipicu oleh faktor birahi politik kekuaaaan. Paham tersebut dikatakannya sebagai model infiltrasi dari ideologi-ideologi import.

“Jejak memori kebencian memunculkan tindakan ekstrim. Nah, sejak dalam pikiran seseorang sudah aktif membenci orang lain. Ini yang menjadi bom waktu, dan masalah serius. Aliran yang diciptakan dari kekuatan konspirasi dunia yang membuat kita dengan mudah menyalahkan orang lain dan lupa introspeksi diri. Ingat, semua ajaran baik Pancasila tidak berlawanan dengan nilai-nilai agam. Ayo, hindari radikalisme, itu musuh semua agama,” tutur Hengky.

Suasana foto bersama usai dialog

Sementara itu, KH. Aos mengulas perihal adab berislam. Beragama secara baik dan benar, itu yang perlu dilakukan umat Islam. Pesan KH Aos agar umat muslim selalu berfikir dan bertindak inklusif, taat aturan dan menjadi contoh tidak bersikap ekstrim. Serta tiak merasa paling benar lalu menyalanhkah orang lain.

Seminar ini dibuka langsung Ketua Barikade 98 Kota Tasikmalaya, Yosep Nurman. Lalu sesi Seminar dimoderatori, Hasan Asy’ari. (*/Amas)

Baca Juga:  Spontan, Kepala BP2MI Blak-blakan Soal Ancaman Sindikat di RDP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *