JAKARTA, EXPOSEMEDIA – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) di tengah upaya memantapkan pelayanan terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI), namun tetap membuka ruang terhadap adanya ajakan kolaborasi dan masukan publik. Seperti yang berlangsung, Rabu, (12/1/2022), di ruang kerja Kepala BP2MI, Kantor BP2MI pusat, Jakarta Selatan.
Dimana Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menerima kunjungan dan melakukan audiensi dengan Korps HMI Wati Pengurus Besar (Kohati PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), periode 2021-2023. Dalam pertemuan yang dihadiri Ketua Umum Kohati PB HMI, Umiroh Fauziah dan Sekretaris Umum Immayati Kalean tersebut, Benny mengapresiasi kehadiran serta beberapa usulan konstruktif dari Kohati PB HMI.
“Saya tentu bersyukur, berterima kasih atas kunjungan dan diskusi yang berkualitas bersama Ketua Umum Kohati PB HMI, Sekretaris Umum Kohati ini. Dalam pembahasan, baik isu dan kasus-kasus terkini yang didiskusikan akan menjadi bahan masukan sekaligus perhatian BP2MI. Sekiranya, sinergi tindakan aksi dapat kita lakukan,” ujar Benny.
Kepala BP2MI menyampaikan bahwa ada titik temu dan semangat yang sama antara BP2MI – Kohati PB HMI dalam nasib mengawal PMI. Terlebih PMI perempuan yang sering mendapat perlakuan diskriminasi, merugikan.
“Dari silaturahmi ini kita mendapatkan titik temu, dan terbukti BP2MI bersama Kohati PB HMI berada pada satu spirit yang sama. Komitmen tersebut diantaranya adalah melawan praktik sindikat penempatan ilegal PMI. Perlakuan tidak adil, perlakuan kasar dan merugikan PMI perempuan harus ditiadakan. BP2MI akan melanjutkan percakapan ini dalam program nyata. Begitupun edukasi, sosialisasi untuk merubah paradigma masyarakat terkait posisi PMI yang kadang dianggap bukan sebagai warga VVIP. Bagi kami, PMI merupakan Pahlawan Devisa yang layak diperlakukan hormat dari negara,” ujar Benny tegas.
Sementara itu, Ketum Kohati Umiroh Fauziah mengatakan pihaknya konsen terhadap Pelindungan perempuan dan anak. Hal itu sangat relevan dengan peran, fungsi BP2MI. Umiroh menyebut maraknya praktek kekerasan dan tindakan diskriminasi yang diamali PMI perempuan disebabkan berbagai fariabel penting.
“Kohati PB HMI juga membangun Aliansi, berjejaring, konsen membahas persoalan, kebutuhan dan eksistensi perempuan serta anak. Ini bahasan penting, kami juga menemukan meningkatkan praktek yang merugikan pekerja perempuan dilatarbelakangi berbagai aspek. Termasuk produk kebijakan pemerintah, soal edukasi atau kesadaran kritis yang perlu diliterasi,” tutur Umiroh.
Lanjut diuraikannya tentang ikhtiar Kohati PB HMI mengawal hak-hak perempuan dengan mendorong edukasi terhadap calon pekerja, pekerja dan masyarakat umumnya. Menurutnya tindakan partisipatif, gotong royong melakukan perubahan perlu dilakukan secara berjamaah. Dengan spirit untuk Pelindungan Pekerja perempuan, Kohati PB HMI akan mendukung BP2MI.
“Pekerja perempuan menjadi rentan untuk mendapatkan perlakuan tidak adil. Situasi-situasi inilah yang memerlukan peran bersama semua pihak. Sehingga posisi perempuan di ruang kerja tidak lagi terksploitasi, dan dirugikan. Negara harus berpihak pada PMI perempuan. Pelindungan ketat secara hukum wajib dilakukan. Kami menilai untuk meminimalisir pluralitas masalah itu, maka perlu dibanguah sekutu guna memerangi Sindikat penempatan ilegal Pekerja Migran Indonesia,” tutur Umiroh yang diperkuat Immayati.
Kohati PB HMI juga tak lupa mengusulkan ide, gagasan konstruktif, dan mengajak sinergi kolaborasi dibangun bersama BP2MI. Untuk diketahui, Ketum Kohati PB HMI dalam kesempatan ini juga mengunjungi Command Center BP2MI.
Sambutan hangat dari Kepala BP2MI, Deputi dan Direktur terlihat melalui diskusi yang akrab. Kepala BP2MI pun meyakini bahwa kerja sama lintas sektoral, kelembagaan dan lintas organisasi menjadi kunci perubahan, kemajuan dunia PMI.
Benny mengajak Kohati PB HMI ikut serta memerangi penempatan ilegal PMI. Deputi Irjen Pol. Achamd Kartiko, Gatot Hermawan dan Direktur, Lismiya. Ketum Kohati PB HMI juga didampingi sejumlah pengurus. Percakapan dialogis berlangsung dinamis, dan bermutu. Membicarakan program, substansial dan saling menyodorkan alternatif kerja revolusioner yang berdampak luas. (Amas)