BMKG: Agustus Puncak Kemarau Paling Kering Tahun Ini

EXPOSEMEDIA.ID, MANADO — BMKG memperkirakan bulan Agustus akan menjadi puncak kemarau paling kering di tahun 2020 bagi sebagian besar wilayah Indonesia. Seiring dengan bertiupnya angin Monsun Australia.

Aliran udara dari Benua Australia ini membawa massa udara dingin dan kering menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Benua Maritim Indonesia. Berdasarkan perhitungan BMKG, musim kemarau kini telah terjadi pada 69 persen dari 342 daerah zona musim (ZOM) di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengungkapkan, menguatnya aliran angin Monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistim tekanan tinggi atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong masa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya.

[text text_format=””][/text]

Baca Juga:  Perkuat Peran Kelembagaan, Karang Taruna Cileungsi Siap Gelar Upgrading Pengurus

Saat ini kecepatan angin terutama di bagian selatan Jawa dan Bali dilaporkan menunjukkan kecepatan angin yang lebih kuat. Angin yang bertiup di Lombok, Denpasar, Solo, Jogja dan Bandung terbaca 10-20 knot. Sementara di Jakarta, Semarang, dan Surabaya terbaca 5-10 knot.

Sementara itu, kota-kota di bagian selatan Jawa dan Bali juga menunjukkan suhu udara yang relatif lebih dingin sedikit dibanding bagian utara. Misalnya pada siang hari, di Lombok dan Denpasar suhu relatif dingin yakni 26- 28 deraja celcius. Sementara di Semarang, Jakarta, dan Surabaya, suhu lebih tinggi 30-hingga 31 derajat celcis.

“Sedangkan pada malam hingga pagi hari, suhu bisa sangat dingin. Suhu minimum tercatat pada 29 Juli terendah 10,4 derajat celcius di Ruteng, NTT, kemudian di Malang dan Bandung 17 derajat celcius. di Padang Panjang 18 derajat,” jelas Herizal kemarin (31/7)

Baca Juga:  Aliansi Papua Penuh Damai Support Benny Rhamdani, Minta Hukum Ditegakkan

Selain angin kering dan dingin, musim kemarau telah berdampak menimbulkan potensi kekeringan secara meteorologis  pada 31 persen daerah ZOM  berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH). Beberapa daerah di Jawa dan Bali mengalami kekeringan kategori oranye (siaga). Sementara di NTT beberapa daerah mengalami kekeringan kategori merah (awas).

Herizal menegaskan, Bulan Agustus merupakan bulan yang diprediksikan oleh BMKG sebagai Puncak Musim Kemarau bagi sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau. Sebanyak 65 persen ZOM akan mengalami puncak musim kemarau ini yaitu sebagian besar wilayah NTT, NTB, Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, dan sebagian Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi Selatan serta Papua bagian selatan.

Baca Juga:  Aktivis Muda Papua Desak Pemerintah Bekukan KNPI yang Didalangi Oligarki

Sementara sisanya, yakni 19 persen ZOM diprediksikan mengalami Puncak Musim Kemarau pada bulan September, yaitu meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian selatan, tengah dan timur, Sulawesi bagian barat dan Maluku. ”Puncak Musim Kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dimana curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah atau minimum,” jelasnya.

Herizal menambahkan, pemerintah daerah setempat pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih.(jp/gnr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *