Oleh : Muliansyah Abdurrahaman Ways
Anda, saya dan kita semua berhak merdeka, apalagi bangsa Melanesia yang sejak awal mendiami Indonesia, saat itu kepulauan nusantara masih dalam satu mata rantai kehidupan, satu kepulauan dan tak ada batas – batas Negara seperti yang kita hadirkan Indonesia di masa kini.
Sedikit melihat kebelakang dari berbagai sumber pengetahuan bahwa saat itu hanya Ada dua ras yang menjadi penghuni awal Nusantara atau kini Indonesia, walaupun dalam proses perjalanan kedua ras itu hadir dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Pertama adalah Ras Mongoloid yang menempati bagian barat dan utara, yang kita kenal sekarang adalah Sumatera dan Kalimantan atau lebih di kenal adalah Melayu. Sementara di timur dan selatan ditinggali ras Australomelanesid yang kita kenal Melanesia diantaranya lebih banyak mediami kepulauan Timor Nusa Tenggara, Halmahera, Maluku dan Papua.
Tentu keberadaannya bisa ditarik mundur sampai masa Homo sapiens atau manusia yang secara anatomis modern, bermigrasi keluar dari Afrika. Harry Widianto, kepala riset Balai Arkeologi Yogyakarta, menjelaskan berdasarkan bukti paleoantropologis, sampai kini benua Afrika masih dipercaya sebagai sumber asal dan tempat evolusi hominid. Homo sapiens diperkirakan mulai menyebar keluar dari benua itu sejak 100.000-300.000 tahun yang lalu. (lihat:Historia.id:Leluhur Orang Papua).
Ini menunjukan bahwa Melanesia adalah bangsa yang rumpun awal ras Australomelanesid menjadi penduduk awal di tanah ini, akhirnya orang Papua jangan merasa bahwa bangsa ini hanya milik bangsa tertentu, tetapi bangsa ini adalah bangsa yang awalnya menghadirkan Papua sebagai bangsa awal hidup di tanah Nusantara yang kini Indonesia.
Hak Merdeka Bangsa Papua
Orang Papua berhak merdeka, tak satupun melarang orang Papua merdeka, kemeredakaan hakiki seorang Manusia adalah merdeka atas hidup, merdeka atas hak – haknya dan merdeka atas kehidupan yang abadi.
Hakiki adalah batil dan senyawa dalam ilahia yang wajib di hadirkan oleh setiap insan manusia yang sempurna tanpa memandang siapa bangsa apa, siapa ras apa, siapa suku apa, siapa agama apa, siapa daerah mana dan siapa sesungguhnya dia.
Merdeka adalah hak semua orang, jadi biarkanlah bangsa Papua untuk merdeka, jangan membunuh kemerdakaan orang Papua, jangan menghilangkan kemerdekaan orang Papua dan jangan mendiskriminasi orang Papua yang duluan menempati negeri ini. Hanya peradaban kemanusiaanlah yang memberikan nilai luhur kepada bangsa yang besar dan memiliki nilai peradaban bangsa yang tinggi diatas segalanya.
Tidore menjadi sejarah kultural dan eksistensi bangsa Papua, negeri tanpa tuan yang menjadi bagian dari wilayah leluhur Kesultaan Tidore, sehingga Papua menjadi nama yang kini kita sebut dan kenal, sejarah Melanesia tersambung saat kehadiran Kerajaan Tidore menjadikan Papua sebagai wilayah hak adat dalam nilai – nilai kesultanan.
Wilayah utara Papua mulai dari Biak, Serui hingga Papua Barat Manokwari, Papua tenggara dari Raja Ampat sampai Sorong selatan, hingga Papua Selatan negeri Baham Fakfak, Bintuni dan Kaimana serta Papua Timur Mareuke dan sekitarnya menjadi bagian dari persinggahan para leluhur Sultan Tidore hingga kini.
Pulau Papua yang besar itu pernah dengan kapal kora-kora kesultanan Tidore menghampirinya dari satu pesisir ke pesisir lain, mengililingi laut samudra Pasifik tanpa ada beban siapa mereka bangsa Papua. Perjalanan kora-kora itulah melahirkan satu nama kultural hingga kini kita sebut dari jaman ke jaman dan dari episode ke episode yakni “PAPAUA” nama yang di persembahkan dari Sultan Tidore atau kini kita bahasakan dalam argumentasi bahasa Indonesia adalah PAPUA.
Maka bangsa Papua tentu mendapat pengakuan sebagai bangsa yang punya kemerdekaan hidup eksistensi sebagai bangsa dan punya nilai – nilai kemanusiaan serta sultan Tidore mengukuhkan para raja – raja Papua sebagai bagian dari eksistensi adat di negerinya, yakni Sangaji – Sangaji.
Hak inilah menjadi eksistensi bangsa Papua sebagai bangsa yang wajib merdeka, merdeka dari kehidupan, merdeka dari keadilan, merdeka dari kesejahteran dan merdeka sebagai bangsa yang diakui sejajar dengan bangsa lain.
Papua ke Pangkuan Ibu Pertiwi
Jangan melihat papua di sebelah mata, tapi lihatlah papua sebagai historical bangsa – bangsa lain, sejarah telah mencatat bahwa Papua adalah satu pertalian hidup dengan bangsa lain, Ibu pertiwi mereka adalah tanah leluhur dan kemerdekaan hak segala bangsa.
Eksistensi nilai – nilai mereka adalah hak keistimewaan dalam hidup yang hingga kini masih ada, ribuan tahun menjadi cikal bakal bangsa dari daratan asia bahkan eksistensi bagian dari kesultanan tidore menjadi penghormatan dunia.
Papua jangan dengan senjata, Papua jangan dengan konspirasi, papua jangan dengan kepentingan sesaat, papua juga jangan dengan alibi hak politik, tetapi papua adalah nilai – nilai kebesaran untuk merdeka yang hakiki. Entah apapun bentuknya, mau NKRI, mau OPM, mau KKB, mau TNI, bukan solusi menjadi kemerdekaan hakiki, tetapi menjadi Papua adalah nilai – nilai kehidupan yang hakiki.
Apapun warna benderanya, apapun nama negaranya, Papua butuh nilai kemanusiaan, berikanlah Papua ke Ibu Pertiwinya, nilai eksistensi hidup kebudayaan dan pencerahan menjadi solusi kehidupan bangsa Papua.
Selamanya menjadi Indonesia, bila nilai kemanusian dan kebudayaan masih di Sandra, maka Papua akan terus ingin merdeka apapun bentuknya, bila merdeka dengan kepentingan politik dan ekonomi sesaat yakni OPM atau KKB, maka bangsa Papua tidak segampang itu untuk di hadirkan pada dunia internasional.
Kemerdekaan Papua itu sederhana, kembalikan Papua ke Ibu Pertiwinya, berikanlah bangsa Papua sebagai bangsa yang bernilai, bangsa yang punya eksistensi, bangsa yang punya tradisi leluhur dan bangsa yang masih menaati para kultural kesultanan Tidore yang punya keadaban segala – galanya.
Demikian tulisan ini kiranya menjadi perspektif baru melihat papua di masa akan datang, Papua yang kini bagian dari kedaulatan NKRI yang tak bisa di tawar – tawar apapun dengan bangsa lain, karena leluhur kita bagian dari bangsa Indonesia.
- Penulis adalah Entrepreneur dan Pegiat Politik Lokal-Demokrasi Indonesia