Pesta Rakyat Dewa 19, Sebuah Catatan dari JIS

M Chozin Amirullah

Oleh M Chozin Amirullah

Konser Dewa 19 bertajuk Pesta Rakyat akhirnya digelar pada Sabtu, 4 Februari 2023. Konser ini awalnya akan digelar pada 12 November 2022. Namun, karena beberapa pertimbangan teknis, akhirnya digeser pada Februari 2023.

Konser Dewa 19 di awal tahun 2023 ini terasa istimewa, sebab menandai 30 tahun kiprah grup band yang digawangi Ahmad Dani ini. Perjalanan panjang tersebut, membuat grup ini layak disebut legenda dalam dunia musik Indonesia.

Tak heran, antusiasme para Baladewa—fans Dewa 19—membuncah. Terbukti dalam waktu kurang dari satu jam, tiket yang dijual secara online pada akhir September 2022 tersebut langsung habis. Jumlahnya juga tidak tanggung-tanggung, 65 ribu tiket terjual.

Jumlah penontonnya bahkan lebih dari 65 ribu. Total penonton diperkirakan mencapai 75 ribu. Selain penonton yang membeli tiket, terdapat penonton yang mendapat tiket dari sponsor dan lainnya. Pesta Rakyat, jadi salah satu konser dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia saat ini.

Besarnya jumlah penonton ini yang membuat venue konser, Jakarta International Stadium, terasa meriah. Puluhan ribu orang tumpek blek di JIS di satu waktu dalam satu acara. Dari beberapa video yang dibagi penonton, terlihat kemeriahan konser ini.

Baca Juga:  Pasca Deklarasi, Relawan Anies Baswedan Gelar Diskusi di Kafe Sosial Pedjuang

Antusiasme dan keseruan Baladewa dan para pecinta musik ini yang kemudian memunculkan masalah menjelang, saat, dan setelah konser. Dua masalah yang muncul adalah akses menuju dan meninggalkan lokasi. Kedua masalah sound system yang tidak optimal.

Dua masalah utama ini, sepertinya berawal dari kekurangsiapan event organizer dalam menggelar acara akbar ini. Acara dengan jumlah penonton 75 ribu penonton tentu tidak bisa disamakan dengan acara yang dihadiri 25 ribu penonton.

Sebab, banyak yang membandingkan acara ini dengan konser Sheila on 7 di awal Januari 2023. Pesta Rakyat Dewa 19, jumlah penontonnya tiga kali lipat dari penonton konser “Tunggu Aku di Jakarta”. Jadi tidak bisa dibandingkan secara apple to apple.

Konser Sheila yang terlihat “mudah” dan lancar ini mungkin yang membuat EO “Pesta Rakyat” kurang melakukan mitigasi pada flow penonton mulai dari tempat parkir menuju JIS. Panitia sendiri menyiapkan dua kantong parkir di Parkir Barat Jiexpo Kemayoran dan tempat parkir di Jakarta International Eprix Circuit.

Masalahnya adalah, shuttle dari kantong parkir menuju JIS maupun sebaliknya, jumlahnya kurang memadai. Sehingga penumpang tidak terangkut dengan baik. Bila semuanya dipersiapkan dengan baik, seharusnya tidak terjandi penumpukan penumpang/penonton.

Baca Juga:  Pidato Doa Anies, Cerminan Sikap Tawadhu Namun Tajam

Saat puncak “Hajatan Jakarta”, yaitu ulang tahun Jakata pada Juni 2022, nyatanya tidak terjadi penumpukan penumpang/penonton. Padahal waktu itu penonton yang hadir jumlahnya juga puluhan ribu. Tapi tidak ada komplain seperti ini. Apa yang membedakan?

Pertama adalah jumlah kantong parkir. Saat “Hajatan Jakarta” 2022, kantong parkir yang tersedia cukup banyak. Tidak hanya dua. Kemudian, jumlah shuttle yang siap mengangkut penumpang juga tersedia cukup banyak. Bahkan, bus sekolah pun waktu itu sampai diperbantukan untuk mengangkut penonton dari kantong parkir.

Jadi, masalah mitigasi transportasi penumpang ini yang sepertinya kurang dipesiapkan EO “Pesta Rakyat”. Bila dilakukan dengan baik dan memadai, termasuk dengan menghitung jumlah penonton dan armada yang diperlukan, rasanya tidak akan ada keluhan penonton yang tidak terangkut. Itu masalah ketersediaan shuttle.

Dari awal Anies Baswedan merencanakan JIS, transportasi utama menuju stadion ini memang dirancang menggunakan transportasi umum, bukan kendaraan pribadi. Tujuannya untuk mengurangi emisi dari kendaraan pribadi yang jumlahnya terlalu banyak. Hal ini bisa dilihat di Youtube Dari Pendopo Anies Baswedan.

Kedua masalah sound system di acara yang kualitasnya kurang optimal. Lagi-lagi, ini jadi tantangan besar, karena jumlah audience besar. Sound system untuk penonton sebanyak 75 ribu orang, tentu tidak bisa disamakan dengan sound system untuk penonton 25 ribu orang apalagi hanya belasan ribu orang.

Baca Juga:  Tak Tanggung-Tanggung Dirut Oceng Bayarkan 2 Kali THR di Tahun 2021

Tingkat kerumitannya jauh lebih besar dibanding menyiapkan tata lampunya. Sound engineer dalam konser dengan penonton akbar, harus bisa bekerja ekstra agar suranya bisa maksimal, tidak terjadi delay, dan juga terkirim dengan kualitas terbaik. Masalah ini sepertinya juga tidak diperhitungkan dengan matang.

Test sound saat stadion masih sepi belum ada penonton, tentu tidak bisa disamakan saat 75 ribu penonton memadati stadion yang menciptakan noise karena teriakan yang bersahutan. Hal ini juga yang membuat sebagian penonton tidak merasakan sensasi sound system yang menggelegar, karena jaraknya terlalu jauh dari tempat sound system berada.

Di masa depan, EO acara konser di JIS harus memperhitungkan dengan matang kedua masalah ini. Tujuannya agar penonton terlayani dengan secara optimal dan mendapatkan pengalaman menonton konser yang terbaik. Sebab, secara konsep JIS yang dibangun di era Gubernur Anies Baswedan memang dirancang untuk menjadi stadion multifungsi. Tidak hanya bisa digunakan untuk pertandingan olahraga, tapi juga acara lain seperti konser musik, hingga acara sosial-keagamaan. [**]

Penulis sebagai Ketua Gerakan Turuntangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *