TERLAHIR dari keluarga nelayan dengan ekonomi pas-pasan, dua pemuda asal Kepulauan Marore, Kecamatan Marore, Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara bertekad ingin mengabdi kepada NKRI dengan bercita-cita menjadi prajurit TNI Angkatan Laut. Kedua pemuda itu, yakni Septianus Mendome dan Keril Barhama.
Lalu bagaimana lika-liku, perjuangan, serta kisah heroik kedua anak pulau ini untuk bisa mewujudkan keinginannya, begini kisahnya;
PERASAAN haru bercampur bangga tersirat dari wajah Komandan Pos Angkatan Laut (Danposal) Marore Letda Laut (P) Suendra, Kamis (29/7/2021). Campur aduknya perasaan Letda Suendra itu terlihat saat dirinya bersama anggota serta orang tua calon , melepas dan mengantarkan dua pemuda asli Kepulauan Marore untuk diberangkatkan menuju Pangkalan TNI AL Tahuna di Bungalawang, Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Kedua pemuda asli Kepulauan Marore ini berangkat dari Pantai Marore di Kepulauan Marore menuju Lanal Tahuna untuk menjadi peserta seleksi Calon Bintara (CABA) Gelombang II Tahun Ajaran (TA) 2021.
“Kami haru dengan keduanya karena mereka dari keluarga nelayan yang hidup dengan kondisi pas-pasan. Namun kami bangga dengan semangat mereka untuk bertekad bergabung mengabdi kepada NKRI sebagai calon prajurit TNI Angkatan Laut,” ujar Letda Laut (P) Suendra.
Bahkan atas rasa kebanggaannya itulah, Danposal Marore Letda Laut (P) Suendra seizin Komandan Lanal (Danlanal) Tahuna Kolonel Laut (P) Sobarudin M.Tr.Hanla memfasilitasi keduanya dengan memberikan pengarahan dan mengantarkan keduanya menggunakan Pamboat.
“Sebelum pemberangkatan menuju Lanal Tahuna untuk mendapat pembekalan, kami bersama anggota di Posal Marore memberikan pengarahan terlebih dahulu,” kata Letda Suendra.
Lanjut Suendra, untuk bisa mencapai Lanal Tahuna dengan menggunakan Pamboat, kedua pemuda pulau peserta seleksi CABA ini minimal harus menempuh waktu sekitar lima jam mengarungi lautan.
Selain itu, dari Lanal Tahuna menuju Lantamal VIII Manado, keduanya harus kembali menempuh jarak sekitar 12 jam dengan menggunakan kapal cepat.
“Untuk Marore menuju Lamtamal Manado sebenarnya ada kapal perintis dan bisa ditempuh dengan 23 jam transit di sejumlah pulau. Namun karena faktor cuaca buruk dan jadwal yang tidak tentu (bisa antara semingu sekali bahkan sebulan sekali), apalagi dengan adanya PPKM sehingga terpaksa keduanya menggunakan pamboat,” kata Letda Suendra.
Sedangkan untuk jarak antara Kepulauan Marore hingga Lantamal VIII Manado, keduanya harus menempuk jarak sekitar 369 kilometer.
Medan lautan yang berat, cuaca buruk dengan gelombang tinggi dan angin kencang yang muncul tiba-tiba, kata Letda Suendra menjadi tantangan dan risiko yang harus dilewati anggota dan kedua calon peserta seleksi CABA.
“Mudah-mudahan dengan perjuangan, tekat dan semangat yang kuat, keduanya bisa mengikuti seluruh proses mulai dari pembekalan dasar dan pelatihan di Lanal Tahuna hingga lolos sebagai bintara TNI AL,” tutur Letda Suendra berharap.
Sehingga lanjut Letda Suendra, dengan harapan lolosnya kedua pemuda, ini bisa membuktikan bahwa anak pulau di ujung perbatasan antara Indonesia dengan Philipina bisa membanggakan daerahnya dan mampu menunjukkan dedikasinya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Tentunya juga sesuai tekat dan cita-cita mereka untuk bisa membanggakan orang tua dan merubah nasib kehidupan mereka,” ujar Letda Suendra. (**/Amas)