Pasar Raya Buol Diatas Lahan Bupati 6 tahun terbengkalai

Kantor Bupati Buol

JAKARTA, EXPOSEMEDIA – Seperti diketahui, sejak dibangun pada tahun 2016, Hingga Saat ini Pasar Raya Buol belum pernah digunakan, dibiarkan terbengkalai begitu saja. Selain mubazir menelan anggaran hingga Rp. 1,5 Milyar, dugaan keterlibatan oknum pemerintah setempat dalam Menaikkan Nilai Objek Pajak Lahan juga Perlu diselidiki.

Dinilai terdapat kejanggalan. Dimana didasari atas terbitnya Surat Keputusan (SK) Bupati bernomor 18 Tahun 2015 Tentang Pembentukan dan Penyempurnaan Zona Nilai Tanah Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Biau.

Kemudian, dengan terbitnya SK bupati ini, secara otomatis, harga tanah diwilayah tersebut, sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang dulunya hanya sebesar Rp 30.000 per meter kubik, akhirnya naik menjadi Rp.216.000. Sementara luas tanah yang dibebaskan untuk diganti rugi, seluas kurang lebih 6000 meter kubik.

Baca Juga:  Generasi Muda Sangihe, Tegas Menolak Perusahaan Pertambangan Masuk Sangihe

Selain itu, didapatkan pula informasi, bahwa tanah yang menjadi objek ganti rugi tersebut merupakan aset  pribadi bupati. Ditambah dengan data dari Badan Pertanahan Kabupaten Buol, mengeluarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah Nomor, 17 tahun 2016, yang menyatakan belum pernah terjadi catatan perubahan pemindahan hak kepemilikan, namun faktanya, hak kepemilikan atas tanah tersebut sudah dikeluarkan 3000 M2 sebagai salah satu dasar pembayaran ganti rugi.

Kondisi Pasar Raya Buol

Ketika diminta tanggapan, Bupati Buol dr. Amirudin Rauf terkait hal tersebut menjelaskan, memang benar  SK  tersebut diterbitkan saat akan terjadi pembebasan lahan, namun menurutnya sebelum SK tersebut diterbitkan, telah melalui tahapan serta kajian yang dilakukan oleh tim 9 yang terdiri dari Sekda dan sejumlah pejabat lainnya sebelum final hingga akhirnya dibubuhi tanda tangannya.

“Kalo terbitnya surat keputusan itu, saya tinggal menanda tangani setelah tim 9 melakukan proses maupun kajian, setelah final dan seluruh anggota tim 9 bertanda tangan, barulah kemudian saya setujui dan bertanda tangan, jadi sebelum saya tim 9 yang merancang, mereka lebih tau, soal ini,” kata Bupati sambil menjukan bundelan arsip yang berisi hasil pengesahan dan tanda tangan anggota tim 9, di ruang kerjanya

Tambah Bupati yang mengaku tidak menerima ganti rugi lahan tersebut, untuk membuktikan apa yang dikatakannya tersebut, ia menyarankan untuk mencari data dan informasi pada bagian aset,

”Bisa dicek disana, siapa yang menerima ganti rugi,” tukas Amirudin.

Proyek yang dikerjakan

Tidak hanya itu, Bupati juga membenarkan jika lokasi ganti rugi tersebut memang miliknya, namun ia mengaku, lokasi tersebut telah dijual kepada Jono Ciptono sebesar sekitar 200 juta pada tahun 2007 silam

“Seingat saya, tanah itu saya jual tahun 2007 kepada Jono Ciptono, waktu itu kebetulan mau Pilkada,” ujar Bupati Buol.

Ironisnya, pasar raya yang menelan anggaran miliaran rupiah tersebut, saat ini kondisinya cukup memprihatinkan, beberapa bagian bangunan telah mengalami kerusakan, hal ini disebabkan, karena sejak selesai dibangun pada tahun 2016 lalu, hingga saat ini, sama sekali belum pernah difungsikan. (*/Amas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *