EXPOSEMEDIA.ID, MANADO – Bukan tentang politik identitas. Tapi tentang kerinduan umat akan keterwakilannya dalam kontestasi Pilkada 2020 dan kemana arah politik umat di tanggal 9/12 nanti.
Sebuah tema menarik coba diangkat Jurnalis Muslim dalam sebuah diskusi terbatas’ Focus Group Discussion (FGD) Jumat (4/9) lalu.
Mengambil tema “Kemana Suara Muslim pada 9/12” seperti memantik semangat para tokoh muslim Manado, untuk ikut nimbrung dan hadir dalam diskusi yang dilaksanakan di kantor Perwakilan DPD-RI Sulut.
FGD yang menghadirkan panelis Wakil Ketua Komite 1 DPD RI Ir Djafar Alkatiri’ Pakar Neurosains Dr dr Taufik Pasiaak dan Dosen Psikologi Dr Musdalifah Dachrud, menjadikan diskusi yang dimoderatori Syafril Parasana menjadi lebih menarik diikuti.
Senator Djafar Alkatiri dalan paparannya, tegas mengatakan kepada semua yang hadir agar Pilkada 2020 ini umat jangan dikecewakan. Alkatiri bahkan secara pribadi’tetap istiqomah bersama umat.
“Posisi umat sangat menentukan. Saya akan selalu bersama umat. Tidak akan membuat umat kecewa dan keliru memilih,” tegas mantan anggota DPRD Sulut 2009.
Di Pilkada ini posisi umat sangat menentukan. Konteks apapun umat harus dihargai.
”Saya sadari saudara-saudara menanti ke mana pilihan saya. Di masjid. Di tempat diskusi. Di acara apa saja, saya selalu ditanya. Mau ke mana kita pak Djafar?” kata Djafar yang tampil elegan.
“Saya sadar yang hadir di sini bukan satu satunya atas nama umat. Di masjid. Yang berjualan di pasar. Di majelis pengajian itu juga atas nama umat,” jelasnya.
Ada dua hal penting yang harus diketahui. Adalah Rasa ingin bersatu dan pilihan yang rasional.
Kita harus pertimbangkan rasionalitas dan rasa. Kita harus melihat substansi paslon bukan sekadar simbol identitas paslon,” katanya. Dia mengkritik oknum aktivis muslim yang bersuara sudah terlambat bicara umat. Tidak ada gunanya bicara umat.
“Saya mengatakan tidak ada kata terlambat. Saya akan tetap dengan umat. Silakan anda tidak mau berbicara umat,” tuturnya.
Senator sempat meyentil sebagian umat Muslim kecewa pasca PDI Perjuangan batal meminang ULAMAA (Ulyas Abid Machmud dan Ayub) di Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Manado 2020. Dia meminta umat harus bedah semua paslon.
Jangan lagi setelah memilih tapi kecewa. “Ingin semua umat Islam dihargai,” katanya.
Suasana forum berlangsung hangat. Sesekali audiens meneriakkan kalimat yang membakar semangat. Forum yang diawali dengan doa oleh Ketua PKS Manado Abu Hasan Syafii. Dilanjutkan pengantar Saleh Nggiu yang mewakili jurnalis muslim.
”Acara ini kami gagas sejak empat pekan lalu. Karena gelisah dengan politik identitas yang kian deras. Kami pun tidak ada kepentingan mengarahkan untuk siapa,” kata Saleh.
Di sesi dialog, Tauhid Arief mempertegas bahasa Djafar soal rasa dan rasional. Kata Tauhid, keduanya sangat dibutuhkan. Apalagi dibawa ke ranah politik identitas. ”Jangan sampai karena rasa membuat umat mengalami politisasi,” tandasnya.
Kalo Tahirun juga mendorong senator memimpin umat. Sementara Herry Anwar mengimbau, pertarungan pilkada jangan ada rasa dendam kalau kalah.
“Jangan sampai ada yang mengancam atau bahasa dendam kalau menang, akan menyusahkan yang kalah,” ingatnya.
Kelompok aktivis yang hadir diskusi Diantaranya Dirut Malut Post Tauhid Arief, Ketua Kahmi Minut Kalo Tahirun, Ketum PP GPII Masri Ikoni, Ketua PKS Sulut Syarifudin Saafa, anggota DPRD Manado dr Suyanto Yusuf, Wabend PG Sulut Iswadi Amali.
Hadir pula aktivis PD Sulut Mursyid Laiya, presidium Kahmi Manado dr Zainal Ginsu, Joko Sutrisno, Sekum Pemuda Muslimin Sulut Fadly Kasim, Ketua Pemuda Muslimin Manado Hadi Prestasi, Pengurus BKPRMI Manado Hendra Suma, Comel Irwan Pakaya, Sek BM PAN Manado Gilang R Hiola, politisi PPP Irwan Bau, Bachrudin Manono, politisi sepuh PPP Hi Basman, Hi Sardino Lihawa, Bikers Subuhan, puluhan pengurus PKS Sulut dan masih banyak lagi.
Sementara jurnalis muslim yang hadir, diantaranya Idham Malewa, Koordinator Jeffry Alibasyah, Sekretaris Mudatsir Suleman, Rahmadian Polontalo, Rosita Karim, Saleh Nggiu, Sahril Kadir, Subhan Sabu, Rivan Loho, Abdul Halim Harun, Indra Asiali, dan Angga. (ale/*)