IDEOLOGI

Reiner E Ointoe

Oleh ReO, Filsawan

Apakah 1 Juni 1945 hari lahirnya ideologi kita? Pertanyaan ini secara historis tak penting dijawab. Alasannya, ideologi apapun namanya merupakan produk pikiran dalam semua perjalanan sejarah. Jika demikian, kapan persisnya ideologi lahir?.

Sebagai pemikiran (logos = λογότυπα), khusus dalam sejarah filsafat klasik, idea (ιδέα) mulai aktif sebagai urusan publik ketika ruang publik(agora) mulai ramai dikunjungi dan diisi oleh idea dan dialog. Salah seorang yang paling gencar melemparkan ide dan dialog itu Socrates.

Dengan demikian, sejarah ideologi sangat terkait dengan sejarah pemikiran (φιλοσοφία) yang telah berkembang lebih dari lima milenium dan warisan dan pusakanya masih tercatat serta direkam sebagai perkamen atau papirus dalam bentuk skriptural, inskripsi maupun — meminjam istilah dari Pierre Bourdieu (1930-2002) filsuf Perancis — habitus (habit) yang dipraktikkan sebagai tradisi (παράδοση) atau Latin (tradere = deliver, betray, give, dare) yang dapat diteruskan dari generasi ke generasi.

Ditilik dari permulaan penggunaan kata ideologi, sejak abad-18 di Perancis kata ideologie dipakai Comte Destutt de Tracy (1754-1836) dalam menelaah ilmu zoology. Tracy mencoba melacak struktur organ binatang yang secara deterministik menggerakkan aktivitas binatang itu sendiri. Atau, menurut Tracy apa ide (pikiran) yang mengendus binatang itu berinteraksi dengan habitat dan lingkungannya.

Dasar ideologi Tracy dalam mengkaji zoologi mirip apa yang dilakukan Frans de Wall(73), primatolog (ahli makhluk primat) yang telah meneliti bagaimana pikiran moralitas primat simpanse (Primates and Philosophers,200) dan juga primat bonobo yang berideologi ateisme (The Bonobo and the Atheist,2013).

Walhasil, antara Tracy di abad-18 dan De Wall abad-21, sejarah ideologi dengan berbagai produk “isme” (ism = θεωρία = theory) hampir mustahil mati atau mandek sebagai sekedar sejenis rumusan dan konklusi yang dicatatkan pada lima deskripsi seperti Pancasila.

Meski sejak 1960, sosiolog Daniel Bell (1919-2011) telah mensinyalir akhir ideologi(sedikit yang terbukti) dan juga akhir sejarah dari “political scienstist” Francis Fukuyama (69) dalam sejumlah besar buku-buku mereka, terbaca pergerakan ideologi — semisal dari kapitalisme ke sosialisme atau populisme ke radikalisme bahkan pancasilaisme ke komunisme — pada umumnya akan terus mengalami pasang-surut sebagaimana diyakini oleh dialektika historisme.

Tentu saja, dialektika historisme ini bukan melulu yang diyakini pada ideologi materialisme Marxisme. Akan tetapi, tradisi monisme Hegelian yang justru berkutat pada ideologi spiritualisme seperti yang diyakini dalam mistisisme Timur (orientalisme) justru sedang gencar merasuki ideologi kosmopolitanisme. Buktinya, film KKN di Desa Penari (Awi Suryadi) sudah ditontoh lebih dari 9 juta orang di seluruh sinepleks. Dirgahayu Pancasila. Selamat Datang Pancaroba. (**)

Baca Juga:  Gegara Mau Mudik, Mobil Pribadi Diangkut dengan Mobil Truk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *